Memang wajar gigi impaksi itu menyusahkan. Karena dia tumbuh tidak normal. Gigi bawah paling belakang yang harusnya tumbuh normal keatas tapi malah tumbuh kesamping. Menabrak gigi yang ada didepannya. Juga menyisakan celah. Gampang sekali ketika saya makan, ada makanan yang tersangkut di celah tersebut.
Ini adalah kesalahan saya yang terus menunda untuk operasi gigi. Alhasil sekarang gigi yang tumbuh tidak normal itu berlubang. Saya jadi menderita sakit gigi beberapa waktu lalu. Awalnya saya bawa ke dokter gigi. Lalu di periksa dan diberi obat. Seminggu berlalu dan tidak ada perubahan berarti. Saya bawa ke dokter gigi lain. Dokter gigi wanita ini dengan sabar memeriksa gigi saya. Selain itu juga menjelaskan bagaimana alur jika saya melakukan operasi. Berbeda dengan dokter yang sebelumnya, yang menurut saya terlalu tertutup. Penjelasannya tidak terbuka. Sehingga menyebabkan saya harus kesana lagi. Mungkin juga bayar lagi. Tapi untung saja hati saya tergerak untuk ke mencari dokter lain. Dan ketemulah saya dengan dokter gigi wanita ini. Tempat prakternya tidam jauh dari rumah saya. Butuh lima menit perjalanan.
Sehabis isya saya ke tempat praktek dokter wanita itu. Disana ada dua tiga orang yang terlihat mengantre. Saya duduk disamping mereka. Ada dua shaf kursi yang menghadap ke layar televisi. Saya duduk di shaf yang depan. Sesekali melirik layar televisi. Dari ruangan praktek dokter muncul wanita yang memakai pakaian medis. Dia memanggil saya. Saya menghampirinya.
"Bapak sudah pernah kesini sebelumnya?" Dia bertanya
"Belum mbak"
"Boleh pinjam KTP nya?"
"Iya"
Tentu saja saya bolehkan. Kalau tidak saya pinjamkan KTP saya, pasti saya tidak boleh periksa disitu. Ada-ada saja mbaknya itu. KTP saya dikembalikan setelah dia mendata saya. Kemudian meminta saya untuk menunggu kembali.
Seperti itulah menunggu. Lebih banyak membosankannya. Saya memilih menonton drama korea di hp saya. Belum lama menonton, ada telepon masuk. Nama itu saya sangat kenal. Dia adalah mantan saya. Tak usah dijelaskan mengapa menjadi mantan. Beberapa hari terakhir dia memang sering berkomunikasi dengan saya. Hanya sebatas komunikasi. Saya tidak mau berharap lebih. Takutnya dia yang say 'hay' lalu saya menghadapinya dengan 'expect too high'. Kami berdua ngobrol sampai pasien yang mengantre tinggal satu orang. Dia akhirnya pamit tidur duluan. Katanya besok mau lanjut training kerja. Juga harus bangun pagi. Saya melanjutkan menonton drama korea saya. Drama itu saya gunakan untuk belajar bahasa Korea. Jadi ketika menonton dan ada kosa kata yang tidak saya mengerti, saya mencarinya di internet. Kemudian kosa kata itu saya catat di hp.
Tibalah giliran saya untuk memasuki ruangan. Pertama, dokter cantik itu bertanya keluhan yang saya alami. Seperti yang saya sampaikan diawal tadi. Beliau menjelaskan dengan sabar dan gamblang. Mulai dari alamar dokter bedah mulut, kisaran biaya, bagaimana prosedur operasi, dll. Saya patut berterimakasih kepada beliau. Saya dikasih obat. Obat itu ada tiga macam. Entah kenapa bungkusnya di sobek dan obatnya dimasukkan ke kantong plastik yang ada perekatnya. Apa mungkin takut kalau obat itu akan saya beli di apotik. Atau semacam rahasia medis. Entahlah hahaha. Saya membayar biaya lalu pergi pamitan.
Sepulang dari sana. Saya mampir ke tempat saya belajar bahasa Korea. Disana ada beberapa siswa yang saya kenali. Kami bercerita ngalor-ngidul. Membahas ujian bahas Korea. Saya disana tidak lama. Kurang lebih setengah jam, lalu saya bergegas pulang.
Dirumah, obat itu langsung saya minum. Satu hari pertama belum ada efek berarti. Saya masih merasakan sakit di rahang kiri bawah. Keesokan harinya rasa dirahang itu hilang. Waw. Benar-benar ampuh obatnya. Dengan begitu saya siap untuk menjalani operasi gigi impaksi.
Pagi-pagi saya browsing di internet nomor dokter bedah di Kediri. Dapat juga nomronya. Langsung saya kirim pesan ke nomor tersebut. Agak sedikit slow respon. Mungkin karena sibuk. Kami membuat janji konsultasi di rumah dokter. Saya berencana ke tempat praktek sore hari itu juga. Sayangnya tidak ada tempat. Sudah penuh. Saya memilih untuk kesana esok harinya. Saya juga diberi syarat jika ingin dioperasi. Syarat itu adalah foto Rontgen. Berbekal informasi tempat foto Rontgen dari pesab wa itu, saya berangkat ke kota. Lokasinya dekat dengan stadion kebanggaan tim sepakbola kota saya. Saya pergi dengan motor bebek warna merah saya.
Tempat itu bernama lab SIMA. Di depan pintu ada satpam yang berjaga. Saya bertanya kepada satpam itu. "apakah disini bisa foto Rontgen pak?". Dengan mantab pak satpam itu menjawab bisa. Saya masuk dan langsung di data oleh petugas. Petugas berjenis kelamin laki-laki itu bertanya kepdak saya. "Apakah ada surat pengantar dari dokter". Saya jawab surat pengantarnya sekadar pesan wa. Lalu petugas itu meminta dan melihat hp saya. Sebelumnya saya bukakan pesan char saya dengan pihak dokter. Tidak mungkin dong, kalau saya hanya memberinya hp. Apalagi kalau di ho itu wallpaper nya adalah foto saya. Melet lagi. Ngga mungkin itu mh.